Friday, July 22, 2011

0

Akhir Partai Demokrat (Bagian II)

Posted in ,

Oleh: Asrudin
Di koran Suara Pembaruan (16 Juni 2011), saya pernah menulis opini berjudul “Akhir Partai Demokrat”. Penggunaan kata “akhir” pada opini tersebut merujuk survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada 1-7 Juni 2011 yang menunjukkan menurunnya raihan suara Partai Demokrat (dari 20,85% pada pemilu 2009 menjadi 15,5% pada Juni 2011). Artinya Partai Demokrat tidak lagi menempati posisi nomor 1 seperti yang diraihnya pada pemilu legislatif 2009. Penurunan suara ini dapat digambarkan sebagai kekecawaan publik terhadap kasus suap yang melibatkan mantan bendahara umum Partai berlambang mirip mercy tersebut, M Nazarudin.

Jika merujuk pada survei yang dilakukan oleh LSI pada periode yang sama (1-7 Juni 2011) mengenai merosotnya tingkat kepuasan publik atas SBY (Tingkat kepuasan atas kinerja SBY di bulan Juni 2011 turun 9,5%, dari 56,7% pada Januari 2011 menjadi 47,2% pada Juni 2011), adalah logis jika Partai Demokrat ikut turun suaranya mengingat kefiguran SBY masih menjadi pertimbangan publik dalam memilih Partai Demokrat.
Sayangnya hasil survei LSI mengenai turunnya suara SBY ini ditolak validitasnya oleh para petinggi Partai Demokrat. Anas Urbaningrum misalnya, menilai survei LSI itu sebagai, “Survei yang tidak memotret realitas. Surveinya cenderung mengarahkan realitas”. Ada kesan bahwa apa yang dikatakan Anas ini ingin menunjukkan bahwa publik puas atas kinerja SBY dan tidak benar kalau raihan suara Partai Demokrat turun secara signifikan.

Seharusnya penilaian Anas terhadap benar atau tidaknya survei LSI bukan didasari oleh asumsi yang sifatnya subyektif, tapi didasari oleh acuan yang obyektif, berlandaskan pada riset survei serupa. Dalam konteks ini, akan lebih arif bagi Anas bila melakukan survei tandingan untuk mengetahui apakah benar atau tidak raihan suara dari Partai Demokrat turun dan apakah benar atau tidak jika publik tidak puas atas kinerja SBY.

Dan dalam konteks itu pula, saya ingin menanggapi argumentasi miring Anas Urbaningrum atas survei LSI dan hendak mengatakan bahwa apa yang ditemukan dalam survei LSI adalah benar dan sesuai dengan realitas. Untuk memperkuat argumentasi, di sini saya akan merujuk jajak pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada 28-30 Juni 2011 yang isinya menjelaskan turunnya suara Partai Demokrat secara drastis.

Persepsi Publik

Akibat terbongkarnya kasus suap dan dugaan pemalsuan surat Mahkamah Konstitusi yang melibatkan elit Partai Demokrat, M Nazarudin dan Andi Nurpati, mayoritas publik mengatakan tidak akan lagi memilih Partai Demokrat. 51,4% publik mengatakan tidak akan memilih Partai Demokrat, 30,7% mengatakan masih akan tetap memilih Partai Demokrat, dan 17,9% tidak tahu/tidak memberi jawaban.

Demikianlah salah satu temuan jajak pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada akhir Juni (28-30 Juni 2011). Sampel dipilih secara acak dengan jumlah responden sebanyak 752 berusia minimal 17 tahun. Metode menggunakan pencuplikan sistematis dari buku telepon terbaru mewakili 81 kota/kabupaten di 33 provinsi. Jumlah responden di setiap wilayah ditentukan secara proporsional dengan tingkat kepercayaan 95% dan nirpencuplikan penelitian plus minus 3,6%.

Meskipun hasil jajak pendapat Litbang Kompas pada akhir Juni ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh populasi masyarakat Indonesia karena hanya menjaring populasi yang memiliki telepon, tapi terdapat kesamaan hasil dengan survei LSI pada awal Juni 2011, yakni dalam hal tren menurunnya suara Partai Demokrat.

Berdasarkan jajak pendapat Litbang Kompas, hanya 35,6 persen pemilih Partai Demokrat yang berterus terang akan tetap kembali memilihnya. Padahal pada akhir Mei 2010, soliditas massa Partai Demokrat masih di kisaran 51,7% (Bambang Setiawan, 4 Juli 2011). Senada dengan hasil survei LSI, jika pada Januari 2011, suara Partai Demokrat mencapai 20,5%, tapi setelah kasus MN bergulir deras, pada Juni 2011, dukungan publik terhadap Partai Demokrat menurun 5% menjadi 15,5%. Jika pemilu legislatif diadakan saat ini dapat dipastikan Partai Demokrat tidak lagi menempati posisi nomor 1.

Itu berarti, publik yang memiliki telepon dalam jajak pendapat Litbang Kompas memiliki persepsi yang sama dengan publik yang ditanya dalam survei LSI. Maksudnya adalah publik percaya bahwa M Nazarudin dan Andi Nurpati yang merupakan mantan atau petinggi Partai Demokrat memang terlibat dalam kasus suap dan dugaan pemalsuan surat MK.

Mengingat terdapat kesamaan hasil antara jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas (akhir Juni 2011) dengan survei yang dilakukan oleh LSI (awal Juni 2011), dengan begitu dapat dikatakan bahwa survei LSI adalah obyektif (sesuai dengan realitas).

Analisis

Pertanyannya adalah, apakah publik puas dengan kinerja Presiden SBY mengingat hasil survei di atas menunjukan publik justru mempersepsikan Partai Demokrat secara negatif karena aneka kasus yang melibatkan para petinggi Partai Demokrat? Anas dengan percaya diri menjawab, bahwa survei tidak akan mempengaruhi sama-sekali kepercayaan publik terhadap SBY.

Padahal survei LSI dengan jelas mengatakan bahwa untuk pertama kalinya sejak tahun 2009, tingkat kepuasan pemilih atas kinerja Presiden SBY turun di bawah 50%. Bila dibandingkan dengan Survei LSI pada periode Januari 2011, tingkat kepuasan atas kinerja SBY di bulan Juni 2011 turun 9,5%, dari 56,7% (Januari 2011) menjadi 47,2% (Juni 2011).

Itu artinya ketidakpuasan publik atas kinerja Presiden SBY berbanding lurus dengan merosotnya suara Partai Demokrat. Jika popularitas SBY naik, Partai Demokrat pun akan ikut naik, begitupula sebaliknya. Pada tahun 2004 misalnya, ketika Partai Demokrat memperoleh suara 7,45% dan berhasil mengantarkan SBY sebagai presiden, popularitas Partai Demokrat terus menanjak. Dan ini terbukti dari potret Pemilu 2009. Dengan figur SBY yang sangat disukai publik, Partai Demokrat berhasil memenangkan pemilu legislatif dengan suara yang meningkat secara drastis (dari 7,45% pada 2004 ke 20,85% pada 2009) dan ketika kepercayaan publik terhadap SBY menurun, hal ini berakibat juga pada merosotnya suara Partai Demokrat (tergambar dalam survei LSI dan jajak pendapat Litbang Kompas).

Bila Pemilu 2014 nanti Partai Demokrat gagal menemukan tokoh bersih yang dapat menggantikan figur kepemimpinan SBY, dapat dipastikan hal ini akan menjadi akhir dari Partai Demokrat sebagai partai papan atas, apalagi untuk dapat mengangkat putra/putri mahkotanya di Pilpres 2014 nanti. Hasil jajak pendapat Litbang Kompas (akhir Juni 2011) menunjukkan dari 5 calon presiden Partai Demokrat (Anas Urbaningrum, Ani Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono, Marzuki Alie, Andi Mallarangeng) 2014 nanti, tidak satupun di antara mereka yang dinilai publik layak menjadi calon presiden. Apresiasi publik terhadap ke-5 tokoh tersebut sangat kecil, di bawah 21%.

Kesimpulannya, survei bukanlah instrumen untuk mempengaruhi publik, seperti yang dituduhkan oleh Anas, tapi untuk mengetahui persepsi publik atas aneka isu. Untuk itu, survei ini seharusnya dijadikan semacam peringatan (alarm) bagi Partai Demokrat untuk segera dapat melakukan recovery. Jika tidak, Partai Demokrat akan menggali kuburannya sendiri.

Asrudin
Penulis adalah Peneliti di Lingkaran Survei Indonesia Grup (LSI Grup)

sumber: okezone.com

0 komentar:

Berikan komentar anda disini!

YOUR MESSAGE....